1. Surat pernyataan hukum secara sah ini dibuat oleh Profesor
Louis Gooren dari Rumah Sakit Universitas Free, Amsterdam, Belanda.
2. Dilahirkan pada tahun 1943, saya
adalah dokter spesialis bidang Endokrinologi. Dalam bidang ini, penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan gangguan diferensiansi seksual serta proses menjadi
lelaki atau perempuan merupakan fokus kerja saya. Pada tahun 1988, saya
dikukuhkan sebagai Profesor dan ditugaskan untuk menangani para pasien yang
mengalami permasalahan identitas gender sebagaimana para pasien dengan gangguan
diferensiasi seksual (interseks) yang membutuhkan intervensi medis-operasi.
Lebih dari 24 tahun saya telah bekerja di Klinik Gender di Rumah Sakit
Universitas tempat kerja saya, yang menerina sekitar 150 pasien baru setiap
tahunnya. Kira-kira 80-90 dari mereka menerima terapi hormon aktual dan
operasi. Saya telah secara ektensif mempublikasikan hal ini serta memperoleh
pengakuan profesional secara internasional. Belakangan ini, Lembaga-lembaga dari
Dewan Eropa mengundang saya untuk memberikan keahlian saya di bidang
permasalahan gender.
3. Gender Identity Disorder (= Gangguan
Identitas Gender atau transseksual) adalah kondisi medis dan dari ranah kerja
saya serta dari penelitian dalam bidang ini, sekarang saya yakin bahwa kondisi
transseksual merupakan gangguan diferensiasi seksual: proses menjadi lelaki
atau perempuan sebagaimana yang kita kenal secara konvensional selama ini.
4. Secara tradisional, diasumsikan
bahwa diferensiasi seksual, yaitu proses menjadi lelaki atau perempuan, telah
komplit dengan terbentuknya alat kelamin luar (genitalia) –suatu kriteria yang
digunakan untuk menunjuk apakah jenis kelamin bayi yang baru saja lahir
laki-laki atau perempuan. Sejak awal abad ini, telah jelas di dalam penelitian
laboratorium terhadap binatang bahwa ini bukanlah titik akhir dari proses
diferensiasi seksual, melainkan otak juga mengalami diferensiasi seksual
menjadi lelaki dan perempuan, yang utamanya memprediksi atau berkorelasi dengan
perilaku seksual dan non-seksual di masa mendatang.
5. Proses diferensiasi seksual terjadi
dalam langkah-langkah yang berbeda: pertama konfigurasi kromosom terbentuk,
kemudian diferensiasi gonadal, berikutnya diferensiasi alat kelamin luar dan
dalam, dan yang terakhir diferensiasi otak menjadi lelaki atau perempuan.
6. Normalnya, semua langkah dalam
proses diferensiasi seksual bersesuaian (untuk laki-laki, pola kromosom XY,
testis, alat kelamin luar dan dalam jantan serta diferensiasi otak laki-laki
menjadi penentu perilaku jenis lelaki; untuk perempuan, pola kromosom XX,
indung telur, alat kelamin luar dan dalam betina serta diferensiasi otak
perempuan yang menjadi penentu perilaku jenis perempuan).
7. Sesungguhnya, di dalam beberapa
species mamalia, proses diferensiasi seksual otak terjadi setelah kelahiran.
Swaab dan Hofman telah memperlihatkan bahwa bagian struktur otak tersebut –yang
berbeda antara lelaki dan perempuan– menjadi benar-benar dimorfik secara
seksual antara umur 2 (dua) sampai 4 (empat) tahun; tentu, setelah kelahiran dan jauh setelah
penentuan jenis kelamin lelaki atau perempuan dilakukan. Alam tidaklah luput
dari kekeliruan tak terkecuali proses diferensiasi seksual. Terdapat
manusia-manusia yang tidak semua kriteria seksualnya terpenuhi secara bersesuaian.
Mereka mungkin memiliki beberapa cirri biologis dari jenis kelamin yang satu
dan beberapa lagi yang lainnya, suatu kondisi yang kita kenal sebagai
interseks.
8. Kondisi manusia mensyaratkan bahwa
bayi-bayi yang baru lahir ditentukan jenis kelaminnya sebagai ini atau itu.
Sistem kemasyarakatan dan hukum sama-sekali telah tak menyisakan ruang bagi
orang-orang dengan kondisi interseks ini. Jika seorang bayi yang baru saja
lahir terlihat mengalami kondisi interseks, keputusan medis kemudian harus diambil
untuk menentukan apakah bayi ini lelaki atau perempuan. Dewasa ini praktek
medis telah diterima secara umum untuk menentukan jenis kelaminnya –di mana
anak yang tak beruntung ini, dengan dasar keahlian medis serta harapan yang
realistis– akan berfungsi dengan baik. Dengan catatan, bahwa cirri-ciri
biologis tidak jelas saat proses keputusan diambil. Keputusan ini diambil
bedasarkan ramalan terhadap fungsi seksual dan non-seksual masa depannya.
Sistem hukum mencatat bayi-bayi yang baru lahir ini sesuai dengan keputusan
medis. Jadi, tak dapat dipertahankan lagi klaim bahwa kriteria gonadal atau
genetik menentukan status seseorang sebagai lelaki atau perempuan karena
sebetulnya penentuannya dilakukan setelah ada intervensi medis.
9. Beberapa kondisi interseks merupakan
kondisi-kondisi yang bahkan sama-sekali tak bisa ditentukan pada saat
kelahirannya dan hanya ditemukan jauh hari setelah mereka berada di dalam masa
pubertas. Demikianlah sebagian dari sesama kita menjalani kehidupan (tak
diketahui oleh siapa pun kecuali oleh para dokter mereka) di mana mereka
merupakan perempuan tetapi dengan testis atau pola kromosom lelaki tipe XY dan
sebaliknya merupakan lelaki tetapi dengan ovarium atau pola kromosom XX.
10. Dalam dunia binatang ataupun
manusia, saat ini diferensiasi otak seksual dan non-seksual diterima sebagai
bagian dari proses menjadi lelaki atau perempuan. Dalam eksperimen dengan
binatang, sangat mudah kemungkinannya untuk melakukan penentuan perilaku
seksual dan non-seksual jenis betina binatang-binatang yang mempunyai pola utuh
jantan –hingga mencapai tahap akhir diferensiasi seksual, dan begitu juga
sebaliknhya. Tergantung pada jenis manipulasi yang dipakai di dalam eksperimen
dengan hewan tersebut, perilaku jenis-antara juga dapat diamati. Pada dasar
penemuan penelitian ini, diambil hipotesa bahwa yang terjadi pada orang dengan
permasalahan identitas gender adalah bahwa diferensiasi otak mereka tidak
mengikuti pola yang biasanya diprediksi pada tahap-tahap sebelumnya dalam
proses diferensiasi seksual (seperti kromosom, gonad, dan alat kelamin) tetapi
di tahap terakhir proses diferensiasi seksual bagian otaknya tersebut justru
mengikuti pola tipikal dari jenis kelamin kebalikannya –sebagaimana
diindikasikan di atas– suatu situasi yang dapat diteliti dalam laboratorium
binatang dengan manipulasi eksperimental.
11. Generalisasi prinsip biologis antara
anggota spesies mamalia yang berbeda harus dilakukan dengan peringatan keras,
tetapi hal itu tak dapat diabaikan sepenuhnya. Obat-obatan yang ditemukan lewat
penelitian dengan hewan telah sangat berkembang sehingga dapat digunakan untuk
manusia. Validitas ekstrapolasi proses diferensiasi seksual otak yang terjadi
pada hewan mamalia hingga manusia telah dikuatkan oleh penemuan-penemuan
perbedaan anatomis dan fungsional otak antara lelaki dan perempuan, termasuk
dalam spesies manusia. Koleksi data yang dikumpulkan dalam penelitian dengan
manusia telah dan masih sangat lambat terkait pembatasan etis yang ada dalam
pemgumpulan otak manusia sebagai bahan penelitian.
12. Menariknya, Zhou, Swaab, Gooren
& Hofman mempublikasikan sebuah laporan ilmiah pada tahun 1995 yang mampu
memperlihatkan bahwa di dalam salah satu struktur otak manusia yang berbeda
antara lelaki dan perempuan –pola
perempuan sungguh-sungguh ditemukan di dalam otak transseksual male-to-female. Mereka mampu menunjukkan
bahwa hal ini terjadi bukan karena penanganan hormon seks-lawan yang diberikan
sebelumnya kepada transseksual itu. Penemuan-penemuan ini memperlihatakan bahwa
struktur biologis di dalam otaklah yang membedakan transseksual male-to-female dari laki-laki.
Penemuan-penemuan tersebut dipublikasikan di dalam jurnal ilmiah terkenal
(Nature) dengan proses kajian ilmiah sangat teliti yang tidak akan mentoleransi
bias ilmiah esensial yang mungkin terjadi di dalam rancangan dan interpretasi
eksperimen tersebut.
13. Kesimpulan: Karena adanya fakta
bahwa diferensiasi seksual otak dalam manusia terjadi (juga) setelah kelahiran,
tak dapat dihindari bahwa orang-orang dengan kesalahan diferensiasi seksual
otak memiliki pembentukan seks yang terjadi setelah kelahiran, kadangkala jauh
setelah kehidupan mereka berjalan disebabkan oleh dibutuhkannya masa hidup dan
pengalaman yang panjang untuk bisa menemukan berbahayanya terlahir dalam
kelamin yang salah –dengan kata lain, memiliki pola otak seksual dan
non-seksual yang kontradiktif dengan cirri-ciri seks lainnya.
Sebagaimana
orang-orang lain yang juga menderita dalam proses diferensiasi seksual ini,
orang-oang yang terlahir transseksual membutuhkan rehabilitasi medis sehingga
mereka dapat menjalani hidup sebagai lelaki atau perempuan. Keputusan ini
tidaklah amat berbeda dengan yang dibuat dalam kasus-kasus anak-anak interseks
di mana penentuan seksnya ditentukan agar nantinya mereka dapat berfungsi
dengan baik di dalam masyarakat. Dalam kasus anak interseks, seringkali mungkin
dikatakan saat kelahiran bahwa proses diferensiasi seksualnya belum terjadi
secara konvensional sehingga dimungkinkan untuk membuat keputusan menjalani
penyesuaian kelamin melalui intervensi medis tepat setelah kelahiran… Keputusan
untuk merekomendasikan penanganan hormonal dan operasi bagi orang yang terlahir
transseksual dilakukan jauh setelah ia menjalani kehidupannya dan berdasarkan
pada kesimpulan proses diagnostik kejiwaan menyeluruh bahwa telah terjadi
gangguan dalam proses diferensiasi seksual serta bahwa orang tersebut akan
memperoleh manfaat dari terapi hormon dan operasi penyesuaian kelamin. Tak
pernah ada ketidak-setujuan bahwa biaya operasi tersebut akan ditanggung oleh
asuransi kesehatan yang relevan.
Hak
Cipta Terjemahan ©1/2012
Informasi yang sangat bermanfaat dan bisa membuka wawasan kita terhadap masalah yang selama ini jarang sekali dibahas atau malah dianggap tabu untuk dibicarakan. Semoga dengan adanya informasi-informasi dalam blog ini bisa sedikit demi sedikit mengubah sudut pandang kita tehadap sesama kita yang mengalaminya dan hidup dalam penolakan oleh lingkungan di sekitarnya.. Terima kasih
BalasHapusOperasi kelamin dari cewek ke cowok biyaya brp ?
BalasHapusOperasi kelamin dari cewek ke cowok biyaya brp ?
BalasHapus